IngaEdukasia
Jumat, 02 Desember 2016
Minggu, 22 November 2015
MENGUAK CERITA TENTANG DIRIKU
MENGUAK CERITA TENTANG DIRIKU
MENGUAK CERITA TENTANG DIRIKU
DARI DIMENSI NILAI BUDAYA DAN
KONSEP PERKEMBANGAN DIRI
November 15
Mempelajari filsafat kebudayaan hal yang menarik,
karena membahas hal yang berkaitan dengan kehidupan dan kebudayaan. Ketika
mendapat tugas dari Prof Muji membuat saya penasaran apa yang selayaknya harus
saya ungkapkan di lembaran kertas putih ini. Untuk menambah rasa ingin tahu
saya akhirnya saya mencoba membaca beberapa referensi tentang manusia dan
budaya, sebenarnya apa keterkaitan antara pribadi manusia dengan budaya
sehingga dia bisa berkembang seperti saat ini? Pertanyaan ini menjadi
penyemangat saya mengerjakan tugas ini. Dan akhirnya Saya menemukan beberapa
teori yang menguatkan dan menjawab apa yang menjadi pertanyaan di lubuk hati
terdalam.
Jika dilihat dari sejarah maka kebudayaan
didefinisikan pertama kali oleh E.B Taylor pada tahun 1871, lebih dari seratus
tahun yang lalu, dalam bukunya Primitive
Culture di mana kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan
kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Manusia sebagai makhluk berbudaya, artinya bahwa manusia hidup
dalam suatu sistem yang mengatur bagaimana manusia itu harus hidup dan
bertindak, baik dalam kehidupannya secara perorangan ataupun sebagai anggota
atau warga kelompok atau masyarakat. Keberadaan manusia adalah keberadaan yang
khas manusiawi, yaitu keberadaan yang mengandung, mendukung dan mengembangkan
kebudayaan. Kebudayaan adalah cipta, rasa,
dan karsa manusia.
Manusia mempunyai kelebihan
daripada makhluk lainnya, yaitu bahwa manusia adalah makhluk berbudaya. Sebagai
makhluk berbudaya, manusia hidup dalam suatu sistem yang mengatur bagaimana
manusia itu harus hidup dan bertindak, baik dalam kehidupannya secara
perorangan ataupun sebagai anggota atau warga kelompok atau masyarakat.
Tanpa kita sadari ataupun tidak kebudayaan ternyata
mencerminkan tanggapan manusia dengan kebutuhan dasar hidupnya, dan Maslow
mengidentifikasi terdapat lima kelompok kebutuhan manusia yaitu fisiologi, rasa
aman, afiliasi, harga diri dan pengembangan potensi. Berkaitan dengan hal ini, Suriasumatri
(2005: 262) menyatakan bahwa manusia mempunyai budi yang merupakan pola
kejiwaan yang di dalamnya terkandung “dorongan-dorongan hidup yang dasar,
insting, perasaan, dengan pikiran, kemauan dan fantasi. Budi inilah yang menyebabkan
manusia mengembangkan suatu hubungan yang bermakna dengan alam sekitarnya
dengan jalan memberi penilaian terhadap objek kejadian. Pilihan nilai inilah
yang menjadi tujuan dan isi kebudayaan. Nilai-nilai budaya ini adalah jiwa dari
kebudayaan dan menjadi dasar dari segenap wujud kebudayaan. Di samping
nilai-nilai budaya ini kebudayaan diwujudkan dalam bentuk tata hidup yang
merupakan kegiatan manusia yang mencerminkan nilai budaya yang dikandungnya.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa saya sebagai
insan berbudaya tentunya memiliki nilai-nilai budaya yang akhirnya menjadi
dorongan hidup, perasaan, pikiran, cipta, karya, dan karya yang membentuk tata
hidup, karakter dan nilai moral yang senantiasa terkandung dalam kehidupan
pribadi saya. Semua ini mengalami proses yang tanpa saya sadari telah membentuk
kepribadian dan juga mempengaruhi perkembangan diri saya dari masa kecil hingga
menjadi seperti saat ini.
Nama lengkap saya adalah Salati Asmahasanah,
keluarga biasanya menyapa Ayuk dan di kampung asal saya biasanya dikenal dengan
panggilan Leti, sedangkan sahabat karib biasanya memanggil Inga Salati. Saya
adalah gadis berdarah suku Rejang asli Bengkulu. Suku Rejang merupakan suku
tertua di provinsi Bengkulu yang terletak di pulau Sumatera. Daerah saya sangat
dikenal dengan sebutan Bumi Rafflesia, karena merupakan tempat pertama
ditemukannya bunga Rafflesia oleh Tuan Raffles di masa penjajahan dahulu kala.
Bunga raksasa Rafflesia Arnoldi berwarna merah yang selalu bermekaran cantik di
berbagai hutan Bengkulu di waktu-waktu tertentu.
Saya adalah
anak desa yang lahir pada hari Selasa tanggal 15 Agustus 1989 tepatnya pukul
05.00 diwaktu adzan subuh berkumandang. Saya hidup ditengah-tengah keluarga
yang sederhana, saya tinggal disebuah rumah di kaki bukit nan hijau dan
dikelilingi pepohonan, sawah dan aliran sungai dengan udara yang menyejukkan. Desa
saya bernama Padang Bendar yang terletak di Kecamatan Hulu Palik, Kabupaten
Bengkulu Utara yang beribukota
Argamakmur.
Saya adalah putri pertama dari pasangan Bapak
Suharno,A.Ma yang dikenal Pak No dan Ibu Hayati yang biasa dipanggil Upik. Saya
memiliki dua adik yang pertama bernama Pahlawan yang lahir tepat diwaktu Bapak
saya sedang mengikuti upacara peringatan hari pahlawan tanggal 10 November 1992
dan adik yang kedua bernama Yena Harmelayati lahir tepat di hari pendidikan
nasional yaitu tanggal 2 Mei 2002.
Ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga yang super
sekali, setiap hari beliau sangat menekuni bidang pertanian dan sesekali
berjualan di sekolah untuk mengisi waktu renggangnya. Sedangkan Bapak saya
adalah seorang guru agama islam di Sekolah Dasar di Desa saya dan sepulang
mengajar Bapak menghabiskan waktunya di bidang pertanian.
Saya sangat bangga dengan kedua orang tua saya,
karena mereka sangat menomor satu pendidikan anak-anaknya. Ibu saya hanya tamat
Sekolah Menengah Pertama (SMP) karena dahulu keterbatasan biaya yang membuat
Ibu tidak bisa melanjutkan sekolah. Tapi semangat juang Ibu untuk menyekolahkan
anak-anaknya ketingkat yang lebih tinggi sangatlah besar. Bapak saya tamatan
dari Pendidikan Guru Agama (PGA) yang dahulu setara dengan tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA) tapi khusus dibina untuk menjadi calon guru agama. Dengan
perjuangan semangat yang luar biasa, walaupun harus menjadi penjaga sekolah dan
bekerja sebagai kuli demi biaya sekolah akhirnya Bapak saya bisa membuktikan
bahwa anak kampung juga bisa sukses.
Nilai-nilai kepribadian dengan semangat juang untuk
maju dan jiwa pengorbanan luar biasa, serta nilai spritual yang dimiliki oleh kedua
orang tua saya menjadi cerminan pendidikan keluarga yang selalu di budayakan
dalam kehidupan anak-anaknya. “Orang tua
saya berprinsip bahwa harta dunia tiadalah abadi tetapi anak-anak yang
berpendidikan adalah harta yang tak ternilai harganya, walaupun hidup susah dan
dari pelosok desa tapi harus berpikir maju dan bisa berguna di masa depan”. Hal
inilah yang menjadi semangat saya dan adik-adik saya untuk selalu semangat
belajar dan berprestasi untuk mengharumkan dan membahagiakan keluarga.
Orang tua saya menginginkan saya menjadi anak yang
mandiri dan memiliki semangat juang tinggi. Akhirnya ketika saya telah selesai menempuh pendidikan secara formal di SDN 19
Kota Argamakmur Bengkulu Utara dan lulus tahun 2001, saya dipisahkan oleh orang
tua. Saya di sekolahkan di Ibukota Provinsi Bengkulu tepatnya di MTsN 1 Kota
Bengkulu. Saya hidup sendirian di sebuah kontrakan sederhana dan awalnya saya
memberontak karena tidak ingin berpisah dengan Ibu dan saya juga belum bisa
masak. Namun di usia yang beranjak dua belas tahun saya sudah harus hidup
mandiri. Bapak saya memiliki sifat tegas sehingga saya tidak bisa menolak
keputusannya. Akhirnya inilah awal perubahan yang luar biasa terjadi pada diri
saya. Anak yang manja dan sangat bergantung dengan Ibu harus terbiasa melayani
diri sendiri, dan sayapun mengerti bahwa kedua orang tua saya tidak ingin saya
sekolah di desa karena takut terpengaruh lingkungan negative, banyak
teman-teman di desa yang tidak tamat sekolah karena budaya menikah muda adalah
hal biasa terjadi di desa saya.
Seiring berjalannya waktu akhirnya saya terbiasa
hidup di kota dan sangat senang bersekolah. Terbukti sejak kelas satu MTsN saya
meraih peringkat pertama di kelas dan masuk kelas unggul sampai kelas tiga
karena selalu meraih juara kelas. Orang tua saya sangat bangga dengan kemajuan
dan prestasi yang saya raih baik akademik maupun non akademik.
Di tahun 2004 saya lulus kemudian berhasil
melanjutkan studi ke sebuah SMA Terfavorit di Provinsi saya yaitu SMAN 5 Kota
Bengkulu. Dan ketika SMA saya juga tinggal di rumah orang lain alias ngekos
sambil bantu pekerjaan rumah, tiga tahun saya betah disana karena Ibu dan Bapak
kos sangat sayang pada saya. Saya lulus SMA tahun 2007 dan meraih prestasi
Jalur Tanpa Tes (PPA) untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas
Negeri. Saya memilih jurusan S1 PGSD FKIP Universitas Bengkulu (UNIB). Saya
kuliah tinggal bersama teman-teman yang berasal dari suku dan kabupaten yang
berbeda, tapi kami memilki semangat juang belajar yang sama. Terlahir dari
latar belakang keluarga sederhana dari perkampungan membuat saya dan
teman-teman selalu termotivasi untuk cepat menyelesaikan studi walau harus
kuliah sambil bekerja di lembaga privat belajar. Dan akhirnya saya berhasil
menyelesaikan studi S1 hanya 3,5 tahun, lulus tahun 2011 dengan IPK 3,75
predikat “Dengan Pujian” (Cumlaude).
Akhirnya saya bisa bekerja di sebuah lembaga
pendidikan islam yang terkenal di kota Bengkulu dan saya banyak belajar tentang
nilai-nilai kependidikan dan menikmati enaknya menjadi guru SD yang disayang
muridnya. Walau masa itu hanya bertahan satu tahun dikarenakan saya lulus tes
masuk pascasarjana Pendidikan Dasar di Universitas Pendidikan Indonesia. Hal
ini berkat semangat juang dan tekad kuat serta dukungan keluarga yang luar
biasa. Saya masuk kuliah Agustus 2012 dan menyelesaikan studi selama 18 bulan dan
diwisuda pada bulan Agustus 2014 dengan IPK 3,70 predikat “sangat memuaskan”. Prestasi
ini adalah kebahagiann bagi saya karena saya bisa membuktikan walau kuliah sambil kerja, walau hidup
biasa-biasa saja, walau biaya kuliah itu susah akhirnya bisa selesai Magister
juga.
“Hidup adalah perjuangan” dan “hidup adalah
pilihan” maka lakukanlah yang terbaik selagi kita mampu dan ada kesempatan!,
kalimat penyemangat ini adalah motivasi hidup saya untuk bertahan dan berjuang
meraih cita. Jiwa optimis dan yakin dijalan Allah adalah modal meraih
kesuksesan. Selagi ada kemauan pasti ada jalan, jadi walaupun saya melewati
berbagai liku kehidupan di negeri rantau saya selalu berusaha untuk bangkitkan
semangat diri dan selalu ingat dengan nasihat orang tua yang membudaya dalam
sendi kehidupan pribadi saya.
Perjalanan sekolah yang luar biasa dan akhirnya
saya memutuskan untuk mengakhiri kesendirian dengan bersegera menikah.
Alhamdulillah tepat di hari lahir saya 15 Agustus 2015 saya menikah dengan
seorang laki-laki hebat dari tanah pasundan yang bersuku sunda. Kepribadiannya
yang sholeh, paras wajahnya yang menawan, hatinya seputih kapas, dan tutur
katanya yang lembut membuat saya tak bisa berpaling dari kasih sayangnya. Dia
adalah Irfan Supriatna, M.Pd yang berprofesi sama sebagai dosen dan tamatan
universitas yang sama “Bandung kutemukan jodohku”. Saat ini kami merantau ke
kota hujan yaitu menetap di Kota Bogor. Saya banyak belajar dari kepribadian
beliau yang bersuku Sunda dengan penuh kelembutan dan tata karma dalam berkata
dan bersikap.
Hadiah
pernikahan yang luar biasa dan tak diduga saat ini saya bisa menempuh program
Doktor yaitu Prodi Pendidikan Dasar PPs Universitas Negeri Jakarta melalui
beasiswa Kemenag RI Program 5000 Doktor (Mora
Scholarship untuk Beasiswa Dalam Negeri). Semoga saya bisa menjalani kuliah
dengan baik dan selesai sebelum tiga tahun dan disaat usia 28 tahun, amin ya
Robb. Saya saat ini bekerja sebagai dosen tetap di Prodi PGMI Universita Ibnu
Khaldun Bogor tahun 2014 sampai sekarang.
Dari cerita kehidupan tentang diriku dan kenapa
bisa menjadi seperti saat ini karena ada nilai kehidupan keluarga, nilai agama
dan pengaruh lingkungan yang membudaya dan membentuk karakter diri saya. Dari
segi sifat kata orang saya adalah anak yang ramah, supel dan yang pastinya
cerewet, saya tidak suka berdiam dirumah dengan sia-sia, maka dari itu sewaktu
sekolah dan kuliah saya sangat aktif di berbagai organisasi dan kegiatan.
Selain itu,
sifat yang terdapat pada diri saya adalah saya mudah bersedih dan tersentuh
dengan hal-hal yang mengharukan. Saya juga memiliki sifat jelek yaitu suka
santai dalam mengerjakan suatu hal sehingga ketika sudah deadline waktunya maka
saya akan menggunakan jurus “manajemen of kepepet”. Saya juga heran kenapa di
waktu-waktu terakhir ide cemerlang mudah untuk disalurkan dibandingkan
jauh-jauh hari. Kemudian jika saya marah atau tidak menyukai suatu hal maka
terkadang saya suka spontan langsung meluapkannya langsung, karena itu membuat
saya legah. Saya tidak suka bermusuhan dengan orang lain maka dari itu saya
suka mengalah demi kebaikan walaupun kadang batin menolak.
Dari
kisah kehidupan dan perjuangan masa ke masa hingga saat ini yang saya utarakan
maka dapat disimpulkan bahwa nilai budaya dan konsep perkembangan diri
seseorang adalah sesuatu naluriah yang menjadi prinsif pilihan hidup. Sebagai
manusia berbudaya yang menanamkan nilai budi perkerti luhur dan berpegang teguh
pada ajaran agama menjadi pegangan dalam menjalani kehidupan yang bahagia dan
harmonis. Semoga menjadi kisah yang
bermanfaat.
Jumat, 26 September 2014
The Best Experience : PENGALAMAN ADALAH GURU BERHARGA
"Pengalaman adalah guru berharga bagi kehidupan"
Berjuta pengalaman kan menjadi berjuta guru yang memompa semangat dan mengembangkan jati diri seutuhnya. Tanpa disadari karakter kita terbentuk karena pengaruh lingkungan, maka dari itu jika kita terbiasa berkompetisi, terbiasa bersosialisasi, terbiasa berorganisasi maka semua hal akan terasa sangat bermanfaat ketika berada ditengah masyarakat. yakinndehh coz sudah banyak buktinya,,,termasuk yang saya alami....berikut ini saya sedikit berbagi pengalaman menarik dan berharga yang pernah saya lewati...semoga bisa menjadi motivasi bagi saya pribadi maupun orang lain untuk terus bersyukur dengan cara melakukan hal positif yang bermanfaat untuk orang lain kapanpun dan dimanapun.
TEMU KARYA RELAWAN PMI NASIONAL KE IV DI BANTEN 2008 |
Hal
ini adalah kompetisi terbaik yang pernah saya ikuti. Kompetisi pemilihan Duta
Relawan Palang Merah Indonesia (PMI) mewakili provinsi Bengkulu untuk kegiatan
Temu karya PMI tingkat Nasional ke IV yang merupakan kegiatan rutin empat tahun
sekali oleh PMI Pusat. Kebahagiaan yang saya alami adalah ketika saya
bermanfaat untuk kehidupan. Sejak saya SMP dan SMA sudah aktif di kegiatan
Kepalangmerahan, dan Alhamdulillah saya juga sempat mendapat amanah sebagai
Ketua Umum Eskul PMR. Mencintai dan menekuni apa yang kita lakukan dengan
keikhlasan adalah motivasi terbesar yang mengantarkan saya meraih berbagai
prestasi lomba baik tingkat provinsi maupun nasional. Di tahun 2006 saya
terpilih menjadi duta PMR Bengkulu untuk kegiatan Jumbara PMR Nasional di Sumatera
Selatan. Pengalaman yang saya peroleh membuat saya menjadi semakin mencintai
dunia kepalangmerahan dan akhirnya kuliah S-1 saya mengikuti DIKLAT KSR PMI
Universitas Bengkulu. Hobi saya di kegiatan sosial kemanusiaan mengantarkan
saya mengenal lebih jauh organisasi palang Merah nasional dan
Internasional. Akhirnya di tahun 2008,
tepatnya waktu itu saya baru saja dilantik sebagai anggota baru UKM KSR PMI
UNIB dipilih menjadi perwakilan kampus untuk mengikuti seleksi Relawan PMI
tingkat Kota Bengkulu. Awalnya saya ragu karena saya adalah anggota baru dan
setelah di analisis ternyata saya peserta termuda yang harus bersaing dengan
ratusan peserta dari berbagai PMI cabang dan Perguruan tinggi di Kota Bengkulu.
Dengan motivasi dan dukungan keluarga dan teman-teman seperjuangan akhirnya
saya memberanikan diri mengikuti kompetisi dan mau belajar adalah kunci penting
yang harus saya lakukan demi memperjuangkan nama baik kampus serta tidak boleh
minder dengan siapapun karena sesungguhnya manusia memiliki kesempatan asalkan
mau berusaha. Seleksi terdiri dari tiga tahap, tertulis soal kepalangmerahan,
seleksi praktik dan persentasi (wawancara). Kegiatan seleksi selama dua bulan menggunakan
sistem ranking dan setiap tahapan seleksi minimal harus masuk 30 besar agar
bisa bertahan, dan akhirnya nanti yang akan diambil hanya 10 orang sebagai Duta
Relawan Kota yang akan bergabung dengan Relawan PMI terbaik dari Kabupaten.
Alhamdulillah saya menempati posisi terbaik dan itu benar-benar hal yang tak
saya duga. Akhirnya saya bisa mengikuti kompetisi tingkat nasional dan bertemu
dengan teman-teman Palang Merah 18 negara Asia Pasifik di Banten, Bengkulu pun
meraih peringkat lima Nasional.
***********
Ada Apa Dengan Pendidikan?? (AADP)
Permasalahan
yang sering kita hadapi di negara ini adalah berkaitan dengan dunia pendidikan.
Bahkan ada pertanyaan kenapa menteri pendidikan di negeri ini jarang yang
berasal dari pakar pendidikan? jawabannya yaitu karena pakar pendidikan sudah
tau dan sangat menyadari bahwa masalah pendidikan di Indonesia ini sangat
kompleks. Saya juga pernah berdiskusi dengan teman-teman di forum kampus
mengenai apa saja problematika pendidikan yang terjadi di Negara kita? Waahh
ternyata banyak dan beragam jawabannya. Mulai dari masalah pemerataan
pendidikan, mutu pendidikan yang kurang, sumber daya pendidik, sarana
prasarana, lemahnya manajemen pendidikan, dan budaya akademik yang masih kurang
di masyarakat,dan yang paling miris adalah mulai merosotnya moral anak bangsa.
Jika kita bahas satu persatu problematika ini maka takkan pernah berkesudahan
karena yang namanya masalah dalam kehidupan itu akan terus bermunculan yang
paling penting saat ini adalah bagaimana solusi untuk memecahkan masalah demi
masalah yang ada. Tentu saja harus ada kerjasama yang baik dari berbagai stakeholder
dan dukungan masyarakat, dan semua butuh perencanaan dan melewati proses dengan
berbagai fase.
Dari
gambaran cerita di atas maka kita sepakat bahwa pendidikan itu penting!!. Kita tidak bisa pungkiri bahwa kesuksesan
suatu negara akan diukur dari perkembangan sumber daya manusianya. Masyarakat
yang sadar akan pentingnya pendidikan akan menggambarkan kemajuan suatu bangsa.
Jika di negeri ini semua kalangan masyarakat berbudaya akademik maka saya yakin
bangsa kita aman, tentram, tidak akan ketinggalan dengan bangsa lain. Kita juga
tidak akan mudah dijajah oleh bangsa yang sudah maju, kita tidak dapat di
bodohi ataupun ditipu. Coba kita perhatikan perusahaan atau industri besar di
Indonesia, sebagian besar yang memilikinya adalah orang asing, mereka
mengekploitasi kekayaan alam kita dengan seenaknya, dengan keuntungan melimpah
ruah. Sedangkan masyarakat kita hanya bisa menjadi kuli atau pekerja dengan
upah yang biasa-biasa saja. Negara juga mendapatkan royalty yang tak seimbang
dengan apa yang mereka ambil dari kekayaan bangsa kita. Sungguh miris sekali,
hal ini karena apa? karena sumber daya manusia kita belum siap mandiri, belum
ada tenaga ahli sehingga kita bergantung dengan negara asing untuk mengolah
kekayaan alam kita. Padahal kalau seandainya sumber daya alam negeri ini
dikelola oleh anak negeri maka saya yakin bangsa kita akan jauh lebih
berkembang dan maju.
Pendidikan
oh pendidikan tanpamu apalah arti kehidupan ini?. Pendidikan adalah segalanya
bagi hidup kita, tanpa pendidikan maka kita tak dapat mengikuti perkembangan
zaman ini. Maka dari itu sebagai generasi muda penerus masa depan bangsa ada di
tangan kita. Sudah saatnya kita mengambil peran sesuai dengan porsi dan
keahlian bidang yang kita tekuni. Sebagai
mahasiswa pascasarjana dan juga praktisi pendidikan peran saya lebih fokus
dalam implementasi pendidikan yang inovatif dan berbasis beriman-berilmu-berkarakter
yang saya singkat dengan nama Pendidikan TiBe. Hal ini terwujud dari pengalaman
saya mengajar di berbagai sekolah dasar yang membuat saya termotivasi berperan
aktif sesuai kemampuan saya dan saya mulai dari sekolah tempat saya mengajar
dan berbagi dengan rekan-rekan lainnya. Saya sudah pernah mensosialisasikan
pendidikan TiBe bagaimana proses dan praktiknya di sekolah pada saat konferensi
Nasional PAUD dan Pendidikan dasar yang diselenggarakan di SPs UPI pada 23 November
2013 lalu. Semoga terus dapat berkembang dan bermanfaat untuk orang lain.
Sebagai
generasi penerus pendidikan dan kemajuan bangsa ini maka perencanaan adalah hal
yang sangat penting. Karena bagi saya,
sukses merencanakan maka sudah merencanakan untuk sukses dan sebaliknya gagal
merencanakan berarti merencanakan untuk gagal. Jadi, setiap apa yang kita
inginkan harus dengan perencanaan yang matang. Mencapai Indonesia yang ideal
maka peran sebagai pemerhati ataupun praktisi pendidikan harus menyusun rencana
dalam visi misi yang jelas dengan strategi yang konkrit baik itu untuk jangka
pendek ataupun jangka panjang. Menurut pendapat saya selain penerapan
pendidikan TiBe (Beriman-berilmu-berkarakter) diterapkan di dunia pendidikan,
maka hal utama yang perlu kita lakukan untuk mencapai Indonesia yang ideal
dimasa depan adalah membudayakan tiga P yaitu:
1. Pribadi
yang beriman
Menjadi
insane yang religi maka kekuatan spiritual yaitu keimanan adalah menjadi modal
utama, bukan hanya yakin tapi di aplikasikan dalam kehidupan yang mencerminkan
insan yang menjunjung tinggi nilai agama. Sebagai masyarakat ataupun pendidik
harus menjadi teladan yang baik. Seperti Rasulullah yang menjadi uswatun
hasanah beliau tidak memerintah tapi meneladankan sehingga pembelajaran lebih
bermakna dan dapat diterima semua kalangan. Semua aspek kehidupan hendaknya
menanamkan nilai-nilai moral yang telah dicontohkan Rasul teladan kita Muhammad
SAW. Ketika hidup ini berlandaskan ajaran agama maka alam semesta akan penuh
keberkahan, tidak akan ada kerusakan moral, korupsi, konflik, dan bencana yang
disebabkan ulah tangan manusia. Peran yang dapat saya lakukan adalah berusaha
juga mengimplementasi dalam pergaulan di kehidupan sehari-hari, karena menjadi
pribadi yang beriman akan tercerminkan pribadi yang menyenangkan bagi orang
lain.
2. Pribadi
yang berilmu
Berilmu
tapi tidak bermoral adalah hal yang sangat miris bagi kemajuan bangsa ini maka
dari itu menjadi manusia yang berilmu harus diimbangkan dengan ilmu spiritual
dan emosional sehingga adanya keseimbangan kepribadian. Karena perkembangan
tingkat pertimbangan sesesorang amat berhubungan dengan tingkat intelegensi
pengetahuan tentang moral yang lebih tinggi dan kecakapan seseorang dalam
memahami nilai-nilai kehidupan. kesuksesan
seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis
dan kognisinyan (hard skill) saja,
tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Untuk itu sebagai pemimpin hendaknya mengutamakan
program pendidikan yang seimbang IESQ dalam kehidupan masyarakat. Dan kita
dapat berperan menjadi praktisi yang inovatif dalam kehidupan keluarga, sekolah
maupun masyarakat.
3. Pribadi yang berkarakter
3. Pribadi yang berkarakter
William
Franklin Jr mengemukakan bahwa “When
wealth is lost, nothing is lost. When health is lost, something is lost. When
character is lost, everything is lost (Bila harta benda yang hilang, tidak
ada sesuatu berarti yang hilang. Bila kesehatan yang hilang, ada sesuatu yang
hilang. Bila karakter hilang, segala sesuatunya hilang).” Sehingga ketika
regenerasi penerus kehilangan karakter bangsa dan tidak mencerminkan
nilai-nilai luhur pancasila maka hal inilah yang berakibat maraknya kegiatan
anarkis serta konflik di lingkungan masyarakat. Begitu juga bagi masyarakat
luas di Indonesia, jika tidak mencerminkan karakter baik, maka sudah dipastikan
nasib bangsa akan terpuruk dan hilang arah. Saya akan mulai dari diri saya
sendiri dan dari hal terkecil mengaplikasikan hal ini dalam kehidupan.
Untuk
implementasi memang butuh perjuangan dan kesadaran tinggi bagi masing-masing
individu. Dan ilmu kependidikan atau keguruan yang didapat di bangku
perkuliahan baik S-1 dan S-2 menjadi bekal penting bagi perjalanan saya di
dunia pendidikan. Karena kolaborasi antara teori dan praktik itu tidaklah
semudah yang kita bayangkan. Di lapangan menerapkan suatu teori yang ideal
pasti ada kendala atau hambatan terutama berasal dari diri sendiri. Saya akui
motivasi terbesar adalah berasal dari pribadi kita sendiri, ketika kita yakin
dan optimis dalam melakukan perubahan dan inovasi dalam pendidikan maka apa
yang kita inginkan akan terlaksana. Jangan sampai terpengaruh budaya negatif
dan kemalasan yang ada disekitar kita. Mau belajar dan mau berbenah adalah
kunci keberhasilan yang sangat mendukung semangat juang kita. Ketulusan dalam
melakukan sesuatu juga menjadi modal utama keberhasilan, karena masih banyak
orang yang tidak mau melakukan sesuatu karena tidak ada pamrih untuknya.
Perhitungan materialistik terkadang menjadi salah satu pemicu kemalasan orang
berinovasi. Namun, komitmen tiga M
menjadi penguat bagi kita yaitu Mulai dari hal tekecil, Mulai sejak sekarang
dan Mulai dari diri sendiri. Jayalah Pendidikan Jayalah Bangsaku!
Langganan:
Postingan (Atom)